Rabu, 23 Juni 2010

Investor Belum Minati Kota Banjar

90 Persen Infrastruktur Kota Sudah Terbangun

Pemerintah Kota Banjar terus berjuang untuk menarik investor agar mau menanamkan modalnya di kota yang memekarkan diri dari Kabupaten Ciamis, enam tahun lalu itu. Salah satu caranya adalah membangun berbagai magnet sebagai penarik di wilayah ujung timur Jawa Barat itu.


Hingga kini belum juga ada investor yang melirik Kota Banjar sebagai ladang penanaman modal. Namun, Wakil Wali Kota Banjar Akhmad Dimyati, Selasa (20/10), menegaskan, kebijakan Pemkot akan terus mengedepankan kepentingan ekonomi rakyat dengan selektif memilih investor.

Jika investor belum juga tertarik ke Kota Banjar, Pemkot Banjar berencana menganggarkan dana Rp 40 miliar untuk pembangunan hotel berbintang pada 2011. "Banyak investor yang sebetulnya tertarik, tetapi mereka masih wait and see. Karenanya, kami bangun magnet penarik," ungkap Kepala Dinas Keuangan dan Aset Daerah Kota Banjar Yayat Supriyatna.

Pada awal 2010, misalnya, Pemkot Banjar akan meresmikan kawasan wisata taman air (water park) dengan total pendanaan Rp 25 miliar untuk menarik wisatawan. Taman air modern ini menjadi salah satu dari enam taman air di Indonesia. Kualitas taman air ini dipastikan lebih baik dibandingkan dengan yang ada di Pangandaran, Kuningan, Garut, ataupun Purwokerto (Jawa Tengah).

Mulai tahun ini obyek wisata air di Sungai Citanduy mulai ditata. Sungai ini akan menjadi wisata air seperti di Kuala Lumpur, Malaysia, dengan penjernihan dan pembuatan bendungan. Wisata Sungai Citanduy diharapkan bisa rampung dalam sepuluh tahun ke depan.

Penataan sungai sepanjang 200 meter yang telah dilaksanakan tahun lalu saja telah menelan dana Rp 4 miliar. Selain itu, pasar modern sudah mulai tumbuh dengan hadirnya beberapa toko serbaada.

Infrastruktur terbangun

Sementara itu, dana stimulan yang dibagikan ke desa/kelurahan senilai lebih dari Rp 1 miliar per tahun di kota ini dinilai berhasil mempercepat pembangunan infrastruktur. Program itu telah merangsang perguliran ekonomi kota yang pada gilirannya mampu meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD).

Dimyati menegaskan, belanja publik menempati prioritas utama dalam APBD Kota Banjar. Prioritas alokasi belanja publik tersebut, antara lain, tecermin dari pengucuran dana stimulan masing-masing senilai lebih dari Rp 1 miliar per tahun ke 24 desa/kelurahan sejak 2007.

Sebenarnya nilai total dana stimulan Rp 40 miliar ini lebih besar daripada PAD Kota Banjar sebesar Rp 26,2 miliar. "Namun, dana stimulan menjadi salah satu faktor yang mendukung percepatan pembangunan infrastruktur. Sebagian besar atau 90 persen dari infrastruktur Kota Banjar telah terbangun," ujarnya.

Yayat Supriyatna menambahkan, PAD Kota Banjar terus meningkat pascapemekaran. PAD Kota Banjar tahun 2003, misalnya, hanya Rp 4 miliar. Jumlah tersebut melonjak pesat menjadi Rp 13 miliar pada 2004 dan terus meningkat hingga sekarang.

Ketua DPRD Kota Banjar Dadang Emed berharap Pemkot Banjar terus meningkatkan sinergi dengan masyarakat sehingga semua program pembangunan bisa terlaksana sesuai dengan harapan.

Pencapaian dalam layanan publik di Kota Banjar pascapemekaran, antara lain, terlihat dari pelayanan gratis untuk pembuatan kartu tanda penduduk dan akta kelahiran serta pembebasan biaya sekolah. Keberhasilan itu menjadi daya tarik bagi kecamatan di Kabupaten Ciamis yang berada di sekitar Kota Banjar, seperti Kecamatan Lakbok, Purwodadi, Banjarsari, Pamarican, Cisaga, dan Cimaragas, untuk bergabung dengan Banjar. (WKM)

Sumber:
Harian Kompas, Rabu 21 Oktober 2009, dalam :
http://www.ahmadheryawan.com/lintas-kabupaten-kota/kota-banjar/7765-investor-belum-minati-kota-banjar.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar